Selamat hari ulangtahun, mantan sahabatku.
Semoga kamu baik-baik saja di sana.
Dulu, ketika gue berada di kelas XI di salah satu SMA negeri di Jawa Barat, gue punya sahabat. Sebut saja dia X. Si X ini adalah seorang pria tampan, baik hati, ramah, pintar dan pandai menyanyi.
Si X ini, punya wajah seperti orang Jepang. Tinggi, putih bersih dan pokoknya tampanlah.
Gue sama dia bersahabatan sudah lama, hingga akhirnya gue jatuh cinta sama dia. Iya, ini salah gue. Kita sudah berkomitmen untuk menjadi sahabat, tapi entah mengapa gue malah jatuh hati padanya.
Si X itu adalah sumber inspirasi gue. Ada cerpen gue yang terinspirasi dari dia. Selama gue menjabat sebagai fotografer, si X adalah model pertama gue.
Gue sayang banget sama dia. Setiap hari gue teleponan sama dia, tiada hari tanpa nyanyian dia. Hingga akhirnya dia jatuh cinta.
Jatuh cinta, tapi bukan sama gue. Perempuan itu sering dia ceritakan, tapi dia selalu menceritakan keburukannya. Sebagai sahabat, gue gak mau sahabat gue salah memilih. Sampai akhirnya gue tidak menyetujui hubungan mereka.
Apa yang terjadi? Mungkin gue cemburu. Mungkin. Tapi ternyata tidak. Ketahuilah, gue sangat mengagumi dia sebagai seorang sahabat walau mungkin gue pernah jatuh hati sama dia.
Kata-kata dari dia yang selalu gue ingat "Mungkin ada mantan pacar, tapi tidak akan ada mantan sahabat".
Tapi apa yang terjadi?
Kita adalah mantan sahabat. Entah mengapa persahabat kita rusak. Gue juga merasa salah, tapi di sisi lain gue merasa gue benar. Gue hanya ingin dia tidak salah memilih saja.
Selamat ulangtahun yang ke-20.
SMS lo waktu lebaran itu benar-benar nyakitin hati gue loh.
Gue yakin, kelak lo bakal ngerti apa maksud gue.
Walau lo sekarang adalah mantan sahabat gue.
Good bye :(
Sekarang gue sadar, kalau persahabatan itu sebaiknya tidak dinodai dengan yang namanya cinta. Tanpa pamrih untuk saling meminta hubungan yang lebih. Kelak, gue akan menemukan sahabat yang lebih istimewa dari anda.
Kenapa mirip banget sama kisah aku #miris
ReplyDelete