Hari ini masih di bulan Juli, jadi gue masih mau menulis bertemakan cinta. Ehem... Cinta, gue mau membahas tentang Arya, tentang sejuta cerita bersama Arya yang terjadi dalam hidup gue belakangan ini.
Gue ga perlu banyak cerita lagi mungkin
yah tentang siapa Arya sebenarnya, kalian cek saja di postingan sebelumnya.
Banyak gue bahas juga kok.
Di bulan ini gue sakit, gue juga enggak
ngerti gue sakit apa, sepertinya gue kelelahan. Dari awal bulan, gue sudah
merasa ada yang tidak beres dengan tubuh gue. Tugas seabrek, makan fast food
dan junk food membuat tubuh gue sekarat. Hari Sabtu gue mengalami frustasi yang
amat dahsyat. Inilah awal bobroknya tubuh gue.
Minggu, tubuh gue sudah benar-benar nge-drop dan gue terpaksa harus mau periksa darah. Minggu malam gue dipaksa
untuk puasa. Sambil belajar untuk UAS hari senin, yah gue mau ga mau ya puasa.
Gue bersikeras untuk bisa ikut UAS satu mata kuliah hari senin. Kenapa? Karena
gue sudah menelantarkan mata kuliah yang satu itu ketika UTS. Mau dapet nilai
apa gue?
Senin pun datang, tapi dokter Nino tak
kunjung datang. Iya dokter kesayangan gue itu, yang ganteng itu, yang Arab itu
lagi cuti, entah cuti apa. Gue pun diambil darahnya, tiba-tiba gue keinget
Raffa. Raffa pernah meminta gue untuk mendonorkan darah gue untuk dia ketika
dia sedang mencari donor darah. Tapi hello ini bukan sinetron atau FTV yang
romantis, di mana peran utama prianya sekarat dan peran utama wanitanya
memiliki darah yang sama dengan peran utama pria lalu peran utama wanita
mendonorkan darahnya untuk peran utama pria, lalu peran utama pria
berkata "Terimakasih sayang, di dalam
tubuhku ini terdapat darahmu, darahku dan darahmu menyatu di dalam tubuhku. Aku
mencintamu sayang" TAMAT. Ini bukan sinetron Raffa, bukan!
Inilah rasanya menikmati sebuah jarum yang
menusuk urat nadi. Darah segar yang keluar begitu saja tanpa peduli apa yang
dirasakan oleh pemiliknya. Benar-benar sakit. Sakit sekali. Darah itu merah raffa. Darah itu segar. Begitu segar. Amat segar!
Lalu mendadak tubuh gue lemas, kepala
pusing, mata pun bermasalah. Dokter lalu mengecek tensi gue. Aneh, iya aneh
sekali, tensi gue normal, 120/80. Ga pernah tekanan darah gue setinggi itu,
paling juga 80/60 sampai-sampai dokter Nino pernah bilang "Kamu ga pernah jatuh cinta ya? Kok rendah
banget sih?" Dokter Nino selalu berkata demikian, coba kalau
dokter Nino yang periksa tekanan darah gue, gue yakin dia akan berkata
"Swisca, kamu jatuh cinta sama siapa?" lalu gue pasti akan menjawab
"Sama dokter". Bukan... Bukan.. ini bukan sinetron atau FTV romantis.
Gue suka banget sama dokter Nino, karena
dokter yang satu itu memiliki selera humor yang cukup tinggi, yah selain tampan
juga tentunya. Dokter Nino selalu membuat gue sembuh. Kalau gue pergi ke dokter
manapun, ya baru akan sembuh kalau dokter Nino yang menangani. #cepat pulang
dr. Nino #ga mau lama-lama sakit #apa kabar nasib UAS?
Tekanan darah gue normal waktu hari senin,
tapi gue rasa itu salah. Kenapa? Kepala gue pusing sekali dan kaki gue mudah
sekali untuk kesemutan. Itu kan ciri-ciri kalau tekanan darah gue lagi rendah
banget. Dan karena gue pusing dan sebagainya, batallah gue UAS. Mata gue, iya
mata gue buram, ga bisa melihat dengan jelas. Ulu hati gue juga sakit, mungkin
karena puasa dan asam lambung gue naik.
Hari kedua, selasa kemarin, gue kembali
kontrol. Apa yang terjadi saudara-saudari?
Gue pingsan. Kaki gue lemas, mata gue
seketika buram. Ada tampak cahaya silau dan dalam sekejap ada Arya yang berdiri
tegap. Begitu tampan, bijaksana, dan berwibawa. Benar-benar sosok yang gue
rindukan selama ini. Dan seketika pun gue pingsan.
Arya terlihat tersenyum. Selama ini gue
bergelut dengan batin gue. Gue meminta izin kepada Arya untuk mengikhlaskan gue
untuk menjadi seorang guru, bukan untuk menjadi seorang dokter. Mungkin kemarin
itu adalah jawabannya. Ketika Arya tersenyum, gue yakin dia meng-iya-kan
permohonan gue itu.
Gue beruntung mendapatkan sejuta cinta
dari Arya. Terimakasih Arya telah membuat gue bangkit lagi.
Terimakasih juga untuk teman-teman SMA gue
yang sudah peduli sama gue yang lagi sakit. Terimakasih Vanny, terimakasih
managerku sayang, Hildadudedo :* Kalian memang yang terbaik yang pernah ada.
Terimakasih sudah membuat aku bersemangat lagi.
Arya, terimakasih untuk semuanya. Selama
satu tahun ini aku memang belum mengikhlaskan kepergianmu. Tetapi, hari ini aku
janji, aku ikhlas kamu pergi. Kamu akan selalu ada dalam memori dan hatiku.
Terimakasih untuk sejuta cinta yang telah kamu berikan selama ini. Terimakasih
telah menjadi seseorang spesial dalam hidupku. Aku akan segera mencari
penggantimu. Seseorang yang tentu akan berbeda darimu. Seseorang yang pasti
akan menjagaku dengan baik. Dia pasti akan berbeda denganmu karena kamu itu
spesial, tiada orang yang sama sepertimu. Aku sudah siap untuk mengganti dirimu
dengan oranglain dalam hatiku.
Dirimu dan cintamu
adalah satu pembelajaran berharga dalam hidupku.
No comments:
Post a Comment