Monday, 31 December 2012

What Do You Want to Do with Your Life?

Selamat Natal semua
Selamat Tahun baru juga.
Semoga Tuhan memberkati kita semua.

Lama yah  gak liat blog gue...

Iya, gak kerasa, sebentar lagi umur gue sudah hampir 20 tahun dan gue masih saja men-jomblo sampai saat ini. SURAM!!!

Now, i just wanna to share about my planning.

Apa yang ingin kamu lakukan lima sampai dengan sepuluh tahun lagi?
Rencanakan hidupmu, rencanakan apa yang ingin kamu lakukan.

Hidupmu adalah rencanamu, begitu pula dengan hidupku.

Rencana gue lima sampai sepuluh tahun ke depan adalah....

Gue kembali mengingat buku tahunan SMA gue, sepuluh tahun lagi gue akan menjadi : photografer profesinal.

Yap, dua tahun lalu, cita-cita gue adalah menjadi fotografer. Hal itu cukup beralasan, karena gue adalah anggota ekskul Jurnalistik bagian fotografi di sekolah.

Hal itu mungkin tidak akan menjadi prioritas gue, mengingat gue tidak berada di jurusan seni seperti fotografi.

Gue berada di jurusan Pendidikan Matematika di salah satu universitas ternama di Indonesia dan juga jurusam Manajemen Bisnis di dalah satu universitas ternama di Inonesia.

Inilah impian sesat mahasiswi yang merindukan minggu tenang.


Rencana gue adalah :
1.       Menerbitkan novel pertama gue, my lovely Greyli, menyusul novel-novel berikutnya.
2.       Tiga tahun lagi gue lulus dari jurusan Manajemen Bisnis gue itu, lalu menyusul Pendidikan Matematika gue.
3.       Setelah gue lulus dari Manajemen Bisnis, gue kerja di BUMN atau Kemenperin RI dan menjadi artis *sedikit absurd yah*.
4.       Setelah dua tahun, gue membuka usaha yang sudah gue impikan sejak SMA, yaitu Swisca Fashion and Bridal.
5.       Lantas, gue gak akan puas dengan pendidikan gue. Gue pengen banget dapet gelar M.B.A. dari universitas yang gue impikan, Swinburne, Australia.
6.       Tahun ketiga, gue memperluas usaha gue dengan membuat merk sendiri yang sampai sekarang gue juga gak tahu apa nama merknya.
7.       Lanjut gue ingin membuat toko roti impian gue, Swisca Bakery.
8.       Tahun ketujuh, gue sudah menjadi DIREJEN IKM.

Hmmm... sempat terfikir untuk menjadi seorang dosen *bukan mata kuliah matematika* di salah satu universitas, tetapi karena berhubung isu yang kurang enak didengar, gue pun mengurungkan niat mulia gue tersebut.

DIRJEN IKM, mengapa gue memilih profesi tersebut? Karena menurut Ibu Dra. Euis Saedah, M. Si., yang adalah DIRJEN IKM saat ini, Dirjen IKM itu harus sering berbelanja, dan berbelanja adalah hobi gue.

Mungkin itu saja rencana jangka sedang kehidupan gue. Untuk menikah, hmmm gue sih enggak punya target khusus, buat gue, karier adalah yang utama.

So, Manajemen Bisnis akan membawa gue pada kehidupan yang sesungguhnya, sesuai kata-kata si gembul, kakak gue yang paling ganteng se-Kelapa Gading.

Untuk Pendidikan Matematika, gue rasa gue akan menjadi guru, guru yang baik untuk anak-anak gue kelak. Agar kelak, ada anak gue yang menjadi dokter, cita-cita gue saat SMA.

Gue bahagia banget bisa diberi kesempatan untuk berkuliah di jurusan ekonomi. Jurusan yang memang gue suka. Namun, bukan artinya gue akan menelantarkan matematika gue. Gue hanya ingin fokus. Fokus menjadi seorang pengusaha, sama seperti Alm. Dera dulu.

Oke, ini cuma rencana gue, seorang mahasiswi yang butuh minggu tenang sebelum UAS, gak usah dipikir panjang, semua orang berhak mengatur hidupnya, semua orang berhak membuat rencana, tidak boleh ada yang menghalanginya dan inilah rencana hidup gue.

Untuk pernikahan sendiri, gue sudah mengusung beberapa rencana. Kalau membaca rencana yang gue buat, kalian akan membayangkan berapa besarnya dana yang akan dikeluarkan, but this is my life and my dream.
1.       Pre-wed  -  outdoor – hutan – bridal pendek putih – indoor – bridal pink pendek
2.       Pemberkatan nikah – bridal putih panjang
3.       Resepsi siang – bridal cokelat – garden party
4.       Resepsi malam – bridal biru – winter or rainy party

Ini sih Cuma khayalan gue aja, kejadian syukur, enggak? I don’t care. So,sebelum semua tambah ngaco, lebih baik gue akhiri tulisan gue ini. Bye J

This is my life, if you don’t like, please get out from my life.
Gue gak pernah nyuruh lo ada di kehidupan gue, jangan terlalu mencampuri urusan gue, kalau Anda tidak suka, silahkan tinggalkan saya.

Tuesday, 4 December 2012

Alasan Mengapa Aku Tidak Mau Menjadi Guru

"Gurunya belum ngajarin, Bu."
"Gurunya cuti hamil"

Itulah kata-kata yang sering terlontar dari mulutku dan teman-temanku dulu.
Kami selalu menyalahkan guru. Ya, guru. Sosok yang menjadi panutan dan ditiru oleh murid.

Sejenak aku mengingat tentang profesiku kelak.
GURU!!!
 Ya, guru.
Dari tanganku kelak akan lahir banyak orang sukses atau akan lahir pemimpin dunia atau dokter yang adalah cita-citaku dulu.
Namun, dari tanganku juga akan lahir sosok penipu atau penghancur bangsa kelak.

Aku ingat, kata salah seorang dosenku, "Guru akan melahirkan orang baik dan juga penipu, karena ketika guru salah dalam mengajarkan, maka guru tersebut sudah membohongi muridnya yang akan menjadi turun temurun."

Guru memiliki peran yang sangat penting. Guru bisa membuat seseorang menjadi jauh lebih baik atau menjadi jauh lebih hancur.

Guru, guru, ya, guru, sosok yang sangat penting dalam dunia ini. Tanpanya, apalah jadinya dunia ini.

Peran guru yang sangat besar. Tanggung jawab guru yang sangat besar, itulah yang sangat berat. Itulah yang tidak bisa kujalankan.
Sejenak, mengingat kelakuanku pada guruku, terutama ketika SMA, ketika seorang guru menangis keluar dari kelasku, ketika seorang guru berkata "amit-amit" ketika bertengkar denganku, ketika itu aku khawatir.

Akan menjadi guru seperti apa aku kelak? 
Pertanyaan yang selalu muncul dalam benakku.

Aku selalu haus akan materi, aku benci ketika seorang guru tidak mengajarkan sebuah materi padaku, ketika seorang guru melewati materi yang beliau anggap mudah atau karena beliau tidak mengerti. Aku benci saat-saat seperti itu.

Inilah mengapa aku takut menjadi seorang guru. Aku selalu introspeksi pada diriku, aku selalu haus akan materi baru, bagaimana jika muridku akan seperti diriku? Haus akan materi. Bagaimana jika kelak aku tidak bisa menjawab materi yang ditanyakan itu?

"Guru tidak harus tahu tentang semua, tetapi guru harus tahu apa yang dia tidak tahu."

Itulah yang selalu kuingat. Perkataan dosenku di kampus tercintaku.
Sebuah pernyataan yang menjawab pertanyaanku selama ini. Ya, aku harus tahu apa yang tidak aku bisa dan mencari cara bagaimana untuk memcahkan masalah itu.

Aku teringat dengan salah satu mantan muridku yang berasal dari sekolah Khatolik ternama di Jakarta. Kala itu, dia bertanya tentang materi yang tidak aku kuasai, bahkan aku sudah bertanya pada teman sekelasku dan mereka semua menyerah tanpa syarat. Ini salah siapa?

Bagaimana kelak jika hal ini terulang kembali, apa yang harus aku lakukan?
Ketika hal itu terulang kembali, aku pasti akan merasa tidak pantas menjadi seorang guru, menjadi sumber ilmu bagi muridku. 

Inilah yang membuat aku selalu ragu menjadi seorang guru, satu hal lagi, ketika aku lebih memilih mengundurkan diri daripada mengenakan pakaian yang tidak sesuai dengan jati diriku.

Sejak dulu, aku suka sekali dengan fashion, bagaimana mungkin jika aku harus menggunakan pakaian sebagaimana seorang guru yang  sesungguhnya? Aku bahkan lebih memilih cara berpakaianku daripada pekerjaanku.

Entahlah, aku rasa, aku memang tidak pantas menjadi seorang guru. Aku tidak suka. Aku benci itu.